Pages

Rabu, 10 Oktober 2012

Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra


A.    Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosional dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Hal ini secara  nyata berbeda bila dibandingkan dengan anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus. Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.

B.     Pengertian Tunanetra
Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.
Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai anak yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan, masih mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang yang bersangkutan (Scholl, 1986:p.29). Pengertian ini mencakup anak yang masih memiliki sisa penglihatan dan yang buta.
Dengan demikian, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.

C.    Penyebab Terjadinya Tunanetra
Penyebab ketunanetraan secara umum meliputi factor keturunan, penyakit dan kecelakaan. Faktor  keterunan merupakan factor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi dibandingkan factor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang karena pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering disebut juga sebagai factor internal, sedangkan factor penyakit dan kecelakaan disebut factor eksternal. Dengan demikian, pembahasan mengenai penyebab tunanetra didasarkan pada factor internal dan eksternal.
1.      Faktor internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga factor keturunan. Factor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra.
Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal sel hasil pertemuan antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah terdapat factor-faktor keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya. Pada umumnya factor keturunan terdapat pada inti sel (nucleus) dalam bentuk kromosom yang berjumlah 23 pasang. Kromosom ini terdiri dar zat yang kompleks yang dinamakan DNA. DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan pembawa sifat bagi setiap karakteristik tubuh. Apbila terjadi kelainan genetic sebagai akibat keturunan dari kedua orang tua atau salah satu maka gen-gen inilah yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia Widjajantin & Imanuel Hitipeuw)
2.      Faktor Eksternal
Factor eksternal yang dimaksud di sini adalah penyebab ketunanetraan yang berasal dari luar individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada factor eksternal ini, antara lain sebagai berikut :
a.      Penyakit rubella dan syphilis
Rubella atau campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena rubella pada saat usia kehamilan tri semester pertama (3 bulan pertama) maka virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sel pada janin dan merusak jaringan pada mata, telinga atau organ-organ lainnya sehingga kemungkinan besar, anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga dengan penyakit syphilis (penyakit yang menyerang alat kelamin). Apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan merambat ke dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b.      Glaukoma (Glaucoma)
Glaucoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pada bola mata. Hal tersebut terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat pembentukan dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bola mata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan merasa silau.
c.       Retinopati diabetes (Diabetic Retinopathy)
Retinopati diabetes merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam suplai/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran normal. Gangguan metabolism ini dapat merusak mata, ginjal, susunan saraf, dan pembuluh darah.
d.      Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina, dan sering ditemukan pada anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling), glaucoma, mata sering merah atau penglihatan terus menurun.
e.       Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dengan adanya vitamin A,tubuh lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A akana menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadinya kekeringan pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva bulbi. Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila keadaan ini tetap dibiarkan akan terjadi ketunanetraan.
f.        Terkena zat kimia
Disamping memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit. Selain zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea, akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat mengakibatkan ketunanetraan.
g.      Kecelakaan
Kecelakaan menjadi salah satu factor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan tersebut mengenai mata atau saraf mata. Benturan keras mengenai saraf mata atau tekanan yang keras terhadap bola mata, dapat menyebabkan gangguan pemglihatan, bahkkan ketunanetraan.

D.    Pencegahan Terjadinya Tunanetra
Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan terjadinya tunanetra dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu secara medis, social dan edukatif.
a.      Pencegahan secara medis
1)      Melakukan pemeriksaan genetika kepada dokter ahli sebelum menikah.
2)      Menghindari penggunaan terapi radioaktif bagi ibu hamil, terutama pada usia kandungan tuga bulan pertama dan 3 bulan ketiga.
3)      Pencegahan terhadap virus menular seperti virus rubella, syphilis, dan sebagainya.
4)      Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kekurangan vitamin A.
5)      Melakukan pemeriksaan dini kepada dokter mata, apabila terjadi keluhan pada mata secara serius.
b.      Pencegahan secara social
1)      Memberikan penyuluhan mengenai penyebab tunanetra.
2)      Kegiatan yang dilakukan oleh Puskemas Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
3)      Meningkatkan perlindungan keselamatan kerja para buruh di perusahaan-perusahaan, terutama pada perusahaan yang banyak menggunakan bahan kimia.
c.       Pencegahan secara edukatif
1)      Peranan keluarga
Keluarga memegang peranan penting dalam menamkan kebiasaan hidup sehat, terutama dalam penggunaan dan pemeliharaan kesehatan penglihatannya. Kebiasaan yang perlu ditanamkan dalam keluarga, antara lain kebiasaan membaca yang baik, seperti tidak membaca dengan posisi tidur terlentang, jarak antara mata dan buku kira-kira 30 cm, dan penerangan yang cukup, menonton TV pada jarak yang tidak terlalu dekat, menghindari permainan yang membahayakan mata, dan sebagainya.
2)      Peranan sekolah
Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai penyakit mata serta cara-cara pencegahannya, memelihara diri dan lingkungannya makanan yang banyak mengandung vitamin A dan mengarahkannya agar menyukai makanan  tersebut, menghindari permainan yang membahyakan kesehatan mata terutama pada anak laki-laki yang senang bermain ketepel atau tembak-tembakan dengan mengunakan peluru mainan.

Sumber :
Wardani, IG.A.K. et al. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka


0 komentar:

Posting Komentar