A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak
dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami
kelainan/penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosional dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya. Hal ini secara nyata berbeda bila dibandingkan dengan anak
lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus. Dengan demikian,
meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi
kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak
dengan kebutuhan khusus.
B. Pengertian
Tunanetra
Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak
dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually
handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa
tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.
Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai anak
yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan, masih
mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang yang bersangkutan (Scholl,
1986:p.29). Pengertian ini mencakup anak yang masih memiliki sisa penglihatan
dan yang buta.
Dengan demikian, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera
penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
C. Penyebab
Terjadinya Tunanetra
Penyebab ketunanetraan secara umum meliputi factor keturunan, penyakit
dan kecelakaan. Faktor keterunan
merupakan factor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi dibandingkan
factor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang karena
pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering disebut
juga sebagai factor internal, sedangkan factor penyakit dan kecelakaan disebut
factor eksternal. Dengan demikian, pembahasan mengenai penyebab tunanetra
didasarkan pada factor internal dan eksternal.
1.
Faktor
internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam
diri individu, yang sering disebut juga factor keturunan. Factor ini kemungkinan
besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan
antartunanetra.
Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal
sel hasil pertemuan antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah
terdapat factor-faktor keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya.
Pada umumnya factor keturunan terdapat pada inti sel (nucleus) dalam bentuk
kromosom yang berjumlah 23 pasang. Kromosom ini terdiri dar zat yang kompleks
yang dinamakan DNA. DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan
pembawa sifat bagi setiap karakteristik tubuh. Apbila terjadi kelainan genetic
sebagai akibat keturunan dari kedua orang tua atau salah satu maka gen-gen
inilah yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia
Widjajantin & Imanuel Hitipeuw)
2.
Faktor
Eksternal
Factor eksternal yang dimaksud di sini adalah penyebab ketunanetraan
yang berasal dari luar individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada
factor eksternal ini, antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit
rubella dan syphilis
Rubella atau
campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering
berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena
rubella pada saat usia kehamilan tri semester pertama (3 bulan pertama) maka
virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sel pada janin dan merusak
jaringan pada mata, telinga atau organ-organ lainnya sehingga kemungkinan
besar, anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya.
Demikian juga dengan penyakit syphilis (penyakit yang menyerang alat kelamin).
Apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan
merambat ke dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang
dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b. Glaukoma
(Glaucoma)
Glaucoma
merupakan suatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pada bola mata.
Hal tersebut terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat
pembentukan dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bola
mata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan merasa silau.
c. Retinopati
diabetes (Diabetic Retinopathy)
Retinopati
diabetes merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam
suplai/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit
diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak
cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran
normal. Gangguan metabolism ini dapat merusak mata, ginjal, susunan saraf, dan
pembuluh darah.
d. Retinoblastoma
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina, dan sering ditemukan pada
anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain
menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling),
glaucoma, mata sering merah atau penglihatan terus menurun.
e. Kekurangan
vitamin A
Vitamin A
berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dengan adanya vitamin A,tubuh
lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A
akana menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas
retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadinya kekeringan pada konjungtiva
bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan
pada epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva
bulbi. Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila
keadaan ini tetap dibiarkan akan terjadi ketunanetraan.
f.
Terkena zat kimia
Disamping
memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila
penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan
aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit.
Selain zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea,
akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat mengakibatkan ketunanetraan.
g. Kecelakaan
Kecelakaan
menjadi salah satu factor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila
kecelakaan tersebut mengenai mata atau saraf mata. Benturan keras mengenai
saraf mata atau tekanan yang keras terhadap bola mata, dapat menyebabkan
gangguan pemglihatan, bahkkan ketunanetraan.
D. Pencegahan
Terjadinya Tunanetra
Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan
terjadinya tunanetra dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu secara medis,
social dan edukatif.
a. Pencegahan
secara medis
1)
Melakukan
pemeriksaan genetika kepada dokter ahli sebelum menikah.
2)
Menghindari
penggunaan terapi radioaktif bagi ibu hamil, terutama pada usia kandungan tuga bulan
pertama dan 3 bulan ketiga.
3)
Pencegahan
terhadap virus menular seperti virus rubella, syphilis, dan sebagainya.
4)
Pemberian
vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kekurangan vitamin A.
5)
Melakukan
pemeriksaan dini kepada dokter mata, apabila terjadi keluhan pada mata secara
serius.
b. Pencegahan
secara social
1) Memberikan penyuluhan mengenai penyebab tunanetra.
2) Kegiatan yang dilakukan oleh Puskemas Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
3) Meningkatkan perlindungan keselamatan kerja para buruh
di perusahaan-perusahaan, terutama pada perusahaan yang banyak menggunakan
bahan kimia.
c. Pencegahan
secara edukatif
1) Peranan
keluarga
Keluarga
memegang peranan penting dalam menamkan kebiasaan hidup sehat, terutama dalam
penggunaan dan pemeliharaan kesehatan penglihatannya. Kebiasaan yang perlu
ditanamkan dalam keluarga, antara lain kebiasaan membaca yang baik, seperti
tidak membaca dengan posisi tidur terlentang, jarak antara mata dan buku
kira-kira 30 cm, dan penerangan yang cukup, menonton TV pada jarak yang tidak
terlalu dekat, menghindari permainan yang membahayakan mata, dan sebagainya.
2) Peranan
sekolah
Memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai penyakit mata serta cara-cara
pencegahannya, memelihara diri dan lingkungannya makanan yang banyak mengandung
vitamin A dan mengarahkannya agar menyukai makanan tersebut, menghindari permainan yang
membahyakan kesehatan mata terutama pada anak laki-laki yang senang bermain
ketepel atau tembak-tembakan dengan mengunakan peluru mainan.
Sumber :
Wardani, IG.A.K. et
al. (2008). Pengantar Pendidikan Luar
Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka
0 komentar:
Posting Komentar