Minggu, 14 Oktober 2012
Rabu, 10 Oktober 2012
Fungsi Media dalam Pembelajaran IPA di SD
Belajar adalah menjembatani antara
konsepsi konsep yang telah dimiliki siswa dan konsep baru yang dipelajari atau
lebih di kenal dengan nama paham konstruktivis. Guru penganut paham
konstruktivis akan meninggalkan metode ceramah, dan beralih pada metode yang
dapat mengaktifkan siswa untuk memperoleh pengetahuan atau informasi sendiri.
Hal ini hanya dapat terlaksana dengan baik bila tersedia media pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Media pembelajaran yang dikemas
dengan baik dapat menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk belajar
serta mengingatkan kembali akan pengetahuan dan keterempilan yang sudah
dipelajari. Media pembelajaran pun dapat menghubungkan kembali antara
konsep-konsep yang sudah diketahui dengan konsep-konsep ayang akan dipelajari.
Dengan demikian keberadaan media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu
maupun media pengajaran dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh informasi
dan memperjelas informasi.
Media pembelajaran IPA merupakan
alat yang sangat dibutuhkan oleh guru IPA untuk membantu siswa dalam memahami
suatu konsep saat belajar IPA, terutama media yang dapat dioperasionalkan
sendiri oleh siswa. Sebagai alat bantu, keefektivitasan dalam penggunaan media
itu sendiri sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menggunakan dan
memfasilitasi media itu sendiri. Media pembelajaran digunakan untuk
menggantikan sebagian besar dari peran guru sebagai pemeberi informasi atau
pemberi materi pelajaran.
Media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu membelajarkan siswa SD dalam belajar IPA, antara lain
:
1.
Benda-benda
konkrit (nyata)
Benda-benda konkrit adalah benda apa adanya atau benda
asli tanpa perubahan. Dengan menggunakan benda konkrit kualitas pembelajaran
IPA siswa akan meningkatkan karena siswa tidak hanya belajar produk IPA tapi
juga memperoleh pengetahuan IPA melalui keterampilan proses sains.
Contoh media benda konkrit adalah rangkaian listrik,
makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan, peasawat sedehana, bennda padat
seperti batu, benda cair seperti air dan benda gas seperti asap.
2.
Lingkungan
alam
Untuk mengenalkan lingkungan alam, siswa dibawa ke
tempat di mana objek yang akan dipelajari berada atau hidup. Metode belajar
seprti ini sering di sebut metode karyawisata. Misalnya siswa dibawa ke kebun
sekolah untuk mengamati bagian-bagian tumbuhan atau gerakan air di parit untuk
mengamati pengaruh gaya gravitasi terhadap benda-benda di bumi.
3.
Kit
IPA
Perangkat IPA ini terdapat di dalam suatu peti. Peti ini
berisi alat bantu belajar IPA yang sering dijumpai di dalam sebuah
laboratorium. Alat-alat laboraturium ini dapat digunakan oleh guru untuk
didemonstrasikan atau dikerjakan sendiri oleh siswa.
4.
Charta,
slide film, dan film
Charta dan slide film dapat membantu guru dalam
membelajarkan siswa tentang benda atau makhluk hidup yang jauh dari lingkungan
siswa. Film dapat membantu siswa untuk mengetahui berbagai ekosistem dunia
seperti padang rumput, padang pasir dan sebagainya yang letaknya jauh dari
lingkungan sekitar siswa.
5.
Film
animasi
Film animasi
tentang peredaran darah atau proses pencernaan makanan dapat lebih mudah
dipahami siswa dibandingkan bila konsep-konsep tersebut diinformasikan kepada
siswa dengan menggunakan metode ceramah. Peredaran darah dan proses pencernaan
makanan merupakan konsep yang bersifat abstrak, sehingga film animasi dapat
membantu siswa untuk memvisualisasikan konsep-konsep tersebut.
6.
Model
Model
adalah gambaran bentuk asli dari benda tiga dimensi. Misalnya model paru-paru
yang dapat dioperasikan oleh siswa agar memahami cara kerja paru-paru manusia
dan apa yang menyebabkan paru-paru mengembang dan mengempis.
7.
Torso
Torso adalah model potongan tubuh manusia. Torso
memudahkan siswa untuk mempelajari anotomi tubuh manusia.
8.
Globe
Globe atau bola dunia adalah sejenis peta. Pada globe
terdapat pembagian lautan dan daratan serta dapat diputarkan seperti bumi.
Globe sering digunakan untuk membantu siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa (IPBA) seperti letak suatu tempat di bumi, gerhana bulan dan
gerhana matahari.
9.
Infocus
Peralatan ini mempunyai banyak fungsi. Infocus dapat
digunakan untuk memperbesar gambar dan transparant atau buku dan menjadi kamera
yang dapat menggambarkan suasana dalam kelas. Dengan infocus guru dapat mempertunjukan
segala sesuatu yang terdapat pada layar computer atau videodisc ke layar lebar.
10. Komputer
Komputer yang dihubungkan dengan kabel telepon dapat
digunakan oleh para siswa untuk mencari informasi melalui jaringan networking
atau lebih dikenal dengan nama internet. Melalui internet para siswa dan guru
dapat mencari bahan dan pengetahuan sains dari seluruh Indonesia bahkan hingga
luar Indonesia. Internet dapat memberikan banyak informasi dan mendorong
meningkatkan keterampilan berfikir siswa melalui informasi-informasi yang
diperoleh. Bahkan dengan fasilitas internet ini para siswa dapat saling
bertukar informasi melalui email atau surat elektronik dari seluruh dunia.
11. Mikroskop dan kaca pembesar
Mikroskop
digunakan untuk mengamati objek-objek yang tidak teramati dengan mata
telanjang. Sedangkan kaca pembesar untuk melihat benda-benda yang kurang jelas
bila dilihat dengan mata telanjang seperti serbuk sari bunga.
Sumber :
Widodo, Ari.,
Wuryastuti, Sri dan Margaretha. (2007). Pendidikan
IPA di SD. Bandung : UPI PRESS
Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak
dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami
kelainan/penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosional dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya. Hal ini secara nyata berbeda bila dibandingkan dengan anak
lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus. Dengan demikian,
meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi
kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak
dengan kebutuhan khusus.
B. Pengertian
Tunanetra
Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak
dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually
handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa
tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.
Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai anak
yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan, masih
mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang yang bersangkutan (Scholl,
1986:p.29). Pengertian ini mencakup anak yang masih memiliki sisa penglihatan
dan yang buta.
Dengan demikian, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera
penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
C. Penyebab
Terjadinya Tunanetra
Penyebab ketunanetraan secara umum meliputi factor keturunan, penyakit
dan kecelakaan. Faktor keterunan
merupakan factor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi dibandingkan
factor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang karena
pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering disebut
juga sebagai factor internal, sedangkan factor penyakit dan kecelakaan disebut
factor eksternal. Dengan demikian, pembahasan mengenai penyebab tunanetra
didasarkan pada factor internal dan eksternal.
1.
Faktor
internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam
diri individu, yang sering disebut juga factor keturunan. Factor ini kemungkinan
besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan
antartunanetra.
Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal
sel hasil pertemuan antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah
terdapat factor-faktor keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya.
Pada umumnya factor keturunan terdapat pada inti sel (nucleus) dalam bentuk
kromosom yang berjumlah 23 pasang. Kromosom ini terdiri dar zat yang kompleks
yang dinamakan DNA. DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan
pembawa sifat bagi setiap karakteristik tubuh. Apbila terjadi kelainan genetic
sebagai akibat keturunan dari kedua orang tua atau salah satu maka gen-gen
inilah yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia
Widjajantin & Imanuel Hitipeuw)
2.
Faktor
Eksternal
Factor eksternal yang dimaksud di sini adalah penyebab ketunanetraan
yang berasal dari luar individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada
factor eksternal ini, antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit
rubella dan syphilis
Rubella atau
campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering
berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena
rubella pada saat usia kehamilan tri semester pertama (3 bulan pertama) maka
virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sel pada janin dan merusak
jaringan pada mata, telinga atau organ-organ lainnya sehingga kemungkinan
besar, anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya.
Demikian juga dengan penyakit syphilis (penyakit yang menyerang alat kelamin).
Apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan
merambat ke dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang
dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b. Glaukoma
(Glaucoma)
Glaucoma
merupakan suatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pada bola mata.
Hal tersebut terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat
pembentukan dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bola
mata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan merasa silau.
c. Retinopati
diabetes (Diabetic Retinopathy)
Retinopati
diabetes merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam
suplai/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit
diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak
cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran
normal. Gangguan metabolism ini dapat merusak mata, ginjal, susunan saraf, dan
pembuluh darah.
d. Retinoblastoma
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina, dan sering ditemukan pada
anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain
menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling),
glaucoma, mata sering merah atau penglihatan terus menurun.
e. Kekurangan
vitamin A
Vitamin A
berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dengan adanya vitamin A,tubuh
lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A
akana menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas
retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadinya kekeringan pada konjungtiva
bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan
pada epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva
bulbi. Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila
keadaan ini tetap dibiarkan akan terjadi ketunanetraan.
f.
Terkena zat kimia
Disamping
memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila
penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan
aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit.
Selain zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea,
akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat mengakibatkan ketunanetraan.
g. Kecelakaan
Kecelakaan
menjadi salah satu factor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila
kecelakaan tersebut mengenai mata atau saraf mata. Benturan keras mengenai
saraf mata atau tekanan yang keras terhadap bola mata, dapat menyebabkan
gangguan pemglihatan, bahkkan ketunanetraan.
D. Pencegahan
Terjadinya Tunanetra
Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan
terjadinya tunanetra dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu secara medis,
social dan edukatif.
a. Pencegahan
secara medis
1)
Melakukan
pemeriksaan genetika kepada dokter ahli sebelum menikah.
2)
Menghindari
penggunaan terapi radioaktif bagi ibu hamil, terutama pada usia kandungan tuga bulan
pertama dan 3 bulan ketiga.
3)
Pencegahan
terhadap virus menular seperti virus rubella, syphilis, dan sebagainya.
4)
Pemberian
vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kekurangan vitamin A.
5)
Melakukan
pemeriksaan dini kepada dokter mata, apabila terjadi keluhan pada mata secara
serius.
b. Pencegahan
secara social
1) Memberikan penyuluhan mengenai penyebab tunanetra.
2) Kegiatan yang dilakukan oleh Puskemas Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
3) Meningkatkan perlindungan keselamatan kerja para buruh
di perusahaan-perusahaan, terutama pada perusahaan yang banyak menggunakan
bahan kimia.
c. Pencegahan
secara edukatif
1) Peranan
keluarga
Keluarga
memegang peranan penting dalam menamkan kebiasaan hidup sehat, terutama dalam
penggunaan dan pemeliharaan kesehatan penglihatannya. Kebiasaan yang perlu
ditanamkan dalam keluarga, antara lain kebiasaan membaca yang baik, seperti
tidak membaca dengan posisi tidur terlentang, jarak antara mata dan buku
kira-kira 30 cm, dan penerangan yang cukup, menonton TV pada jarak yang tidak
terlalu dekat, menghindari permainan yang membahayakan mata, dan sebagainya.
2) Peranan
sekolah
Memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai penyakit mata serta cara-cara
pencegahannya, memelihara diri dan lingkungannya makanan yang banyak mengandung
vitamin A dan mengarahkannya agar menyukai makanan tersebut, menghindari permainan yang
membahyakan kesehatan mata terutama pada anak laki-laki yang senang bermain
ketepel atau tembak-tembakan dengan mengunakan peluru mainan.
Sumber :
Wardani, IG.A.K. et
al. (2008). Pengantar Pendidikan Luar
Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Senin, 08 Oktober 2012
Cara Mengajar yang Efektif
Ketika mengajar adalah hal yang kompleks dan karena
murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang
efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi,
dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal
utama yaitu: (1) Pengetahuan dan keahlian profesional; (2) komitmen dan
motivasi.
PENGETAHUAN
DAN KEAHLIAN PROFFESIONAL
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian
atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi
pengejaran yang baik dab didukung oleh metode penetapan tujuan, perencanaan
pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi,
berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai
latar belakang kultural. Mereka juga mengetahui cara menggunakan teknologi yang
tepat guna di dalam kelas. Berikut adalah masing-masing penjelasan dari
beberapa kriteria di atas.
1. Penguasaan
materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan
memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup
fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar
pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
2. Strategi
Pengajaran
Dalam hal ini bagaimana guru dapat membuat pengajaran materi
dapat dikuasai oleh murid. Pada pendidikan model lama (tradisional) terlalu
menekankan murid harus duduk diam, menjadi pendengar pasif dan menyuruh murid
untuk menghafal informasi yang relevan dan tidak relevan. Kemudian berganti
pada prinsip konstruktivisme, yaitu menekankan agar murid secara aktif menyusun
dan membangun pengetahuan dan pemahamannya. Namun tidak semua ahli setuju
dengan cara di atas, tetapi yang terpenting adalah walaupun anda menggunakan
salah satu strategi di atas, masih banyak hal yang harus diketahui, hal-hal
yang memberikan pengaruh dalam pengajaran yang efektif.
3. Penetapan
tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah dia
menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka juga
harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan
itu.
4. Keahlian
manajemen kelas
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah
mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke
tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang
kondusif.
5. Keahlian
motivasional
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk
memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan
termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru
yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam
untuk proyek mereka sendiri.
6. Keahlian
komunikasi
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah keahlian
dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami
komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara
konstruktif.
7. Bekerja
secara efektif dengan murid dari berbagai kultur yang berbeda
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan
latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan
mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan positif.
8. Keahlian
teknologi
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara
mengajar murid menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi. Teknologi itu
sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid perlu kesesuaian
antara kurikulum dengan teknologi yang sesuai dalam pengajaran.
KOMITMEN
DAN MOTIVASI
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan
motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid.
Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana guru memberikan tenaga
dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh murid dengan
baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan
mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.
sumber :
http://memantau.blogspot.com/2012/05/cara-mengajar-yang-efektif.html
Langganan:
Postingan (Atom)